Selasa, 22 Oktober 2013

CATATAN RINDU

Beberapa hari lalu saya dikejutkan dengan kabar yang tertulis pada sebuah akun jejaring sosial. Bagi sekelompok orang mungkin ini juga sebuah berita yang membuat hati sedih, kecewa, bahkan ada rasa ingin marah. Ada rasa ingin berbuat sesuatu karena dorongan keyakinan akan sebuah kewajiban, namun ada pula rasa sungkan karena rasa ingin menjaga perasaan dan tak ingin melukai. Ada sebuah kalimat yang saya masih ingat betul ketika mengikuti kajian pada pengajian rutin di kantor tempat saya bekerja dulu. “Menjalani hidup bermasyarakat tidak hanya butuh hukum, tapi juga etika”.

       Mungkin ada banyak sahabat saya yang sedih dan kecewa melihat kenyataan yang ada pada akun seseorang itu. keputusan seseorang untuk menanggalkan jilbab yang telah dikenakannya bertahun-tahun lamanya. Disertai sebuah tulisan yang mungkin menggambarkan isi hatinya. Saya yakin sebelum mengambil keputusan besar ini, beliau sudah memikirkannya dengan matang, tidak hanya sehari dua hari, seminggu dua minggu, bahkan mungkin tidak juga sebulan dua bulan. Mungkin sama lamanya ketika ia memikirkan untuk mulai mengenakan jilbabnya. Saya yakin tidak hanya lisannya yang menyatakan bimbang, tapi air matanya juga ikut menegaskan bahwa hatinya gamang. Dan satu yang pasti, saya tidak bisa memeluknya saat ia dalam bimbang dan gamang. Saat ini sambil memandang sebuah gambar yang mengabadikan momen terakhir saya bertemu dengannya, yaitu ketika ia hadir di hari saya menggenapkan setengah dien, izinkan saya dari lubuk hati yang paling dalam meminta maaf atas kealfaan saya menjaga silaturrahim. Semoga momen terakhir saya bertemu dengannya, saat ia mengenakan kerudung putih bermotif bunga berwana pink keunguan, dengan baju lengan panjang dan rok berwarna senada pink keunguan, tidak menjadi momen terakhir saya melihatnya dengan jilbab yang anggun. Semoga Allah memberi saya kemampuan untuk bisa membalas pengorbanannya menempuh jarak yang tidak dekat, demi sebuah kata silaturrahim.

Ada rasa malu ketika ingin sekedar menyapanya saat ini, walaupun kenangan saat berjabat tangan dan saling memeluk kian jelas dalam ingatan. Walaupun rasa rindu kian menguat. Tapi rasa itu tak bisa mengalahkan perasaan bersalah yang terus menetap di hati. Teringat sebuah tulisan pada bagian footer sebuah undangan kajian saat kuliah dulu “Jangan tanyakan kenapa aku jatuh ke dalam jurang, tapi tanyakan kemana dirimu saat aku berada di tepi jurang”.  Saat ini hanya untaian do’a yang dapat saya panjatkan. Semoga Allah menerangi hatinya, selalu melindungi dan menyayanginya. Semoga Allah memberikan cara terbaik dan terindah kepada kami, untuk menyampaikan isi hati kami. Untuk sekedar mengajaknya kembali. Duduk bersama bertukar cerita, berbagi ilmu, walaupun tidak sampai seperdua dari total jumlah jam sehari, tidak juga sepertiga atau seperempatnya, hanya satu kali saja dalam seminggu. Sekedar menyiram, kalaupun tak sampai menyiram, sekedar memercik air pada jiwa yang kadang kerontang karena beratnya beban hidup yang mungkin ada di bahu kita. Kalaupun begitu banyak halangan dan rintangan yang tak dapat dihindari mari sama-sama kita buka kembali buku catatan atau referensi yang mungkin sudah mulai kusut dan berubah warna tentang tarbiyah dzatiyah. Walaupun mungkin tak bisa menggantikan kehangatan silaturrahim dan kemuliaan kajian ilmu yang malaikatpun ikut menaunginya.

Perjalanan hidup ini memang penuh misteri. Tak ada yang tahu apa saja yang akan menyapa kita di sepanjang jalan kita menempuhnya. Walaupun sebenarnya sudah ada rumusnya, tapi manusia memang tak pernah luput dari alfa dan lupa.  Ketika ujian matematika waktu sekolah dulu saja kita sering lupa rumusnya, apalagi ujian hidup yang lama belajarnya sepanjang hayat. Saat ini saya hanya bisa menghela nafas panjang, mengingat kembali setiap episode hidup yang telah berlalu. Ada suka ada duka, Ada tangis ada tawa. Ada benci ada cinta. Setiap rasa ada pasangannya. Kita tak bisa mengelak itu. Pun begitu takdir kita. Semoga Allah senantiasa memampukan kita untuk bersyukur dikala suka, dan bersabar dikala duka. Jika ada keterlanjuran tak kata terlambat untuk mulai memperbaikinya. Meskipun tak mudah pada prakteknya.

 Ya Allah, karuniakanlah rahmat kepadaku dengan Alqur’an, dan jadikan Alqur’an sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk dan rahmat bagi hamba.


Ya Allah ingatkan hamba terhadap apa yang telah hamba lupakan dari Alqur’an, Ajarilah hamba apa-apa yang belum hamba ketahui dari Alqur’an. Anugerahilah hamba kemampuan untuk senantiasa membacanya sepanjang malam dan siang. Jadikanlah Alqur’an hujjah bagiku (yang dapat menyelamatkanku) wahai tuhan seluruh alam. Perkenankan do’aku ya Allah…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar