Sabtu, 05 Januari 2013

DAN MEREKAPUN REBUTAN.... :)


ROTI RAKYAT - Mba Rini NCC











Ada yang jadi roti goreng, roti panggang bulat dan roti kasur

Bahan:
Terigu 1000 gr
Gula 250 gr
Ragi 12 gr
Margarin 100 gr
Air 600 ml
Garam ½ sdt

Cara:
1. Campur terigu, gula dan ragi
2. Masukkan air sedikit demi sedikit
3. Uleni hingga kalis, masukkan margarine dan garam
5. Uleni , pukul-pukul dan banting hingga kalis (45 menit)
6. Diamkan 50-60 menit
7. Timbang  @ 50 gr, pipihkan, beri filling sesuai selera
8. Diamkan lagi
9. Oven dengan api bawah 15 menit, api atas 5 menit
10. olesi margarine atau minyak goreng sesaat setelah keluar dari oven supaya kinclong J

Kamis, 03 Januari 2013

KETIKA SAYAP SAYAP PATAH BERGUGURAN


Suatu pagi saya dikejutkan dengan sayap binatang laron yang gugur berhamburan. Tak berani saya membayangkan tubuh laron yang terlepas dari sayapnya berjalan melata bergerombol seperti ulat. Satu kata, jijik. Dan alhmadulillah saya tak sempat melihat gerombolan ulat laron berjalan melata. Namun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengabadikannya, saya segera berlari mengambil kamera untuk memotretnya, untuk kemudian saya jadikan inspirasi menulis malam ini. Dan beginilah gambar yang tertangkap kamera pagi itu.




Laron, mungkin sebagian besar orang sudah tak asing lagi  dengan binatang satu ini. Mereka biasanya muncul sesaat setelah hujan. Dengan kedatangan yang mengejutkan mereka berkerumun pada satu titik yang memilki pencahayaan lebih terang dibandingkan titik yang lainnya. Untuk menghindari serbuan binatang ini orang-orang biasa mematikan lampu halaman rumahnya agar binatang ini segera berpindah ke tempat lain yang lebih terang pencahayaannya. Namun jika tak sempat atau lupa mematikan lampu saat malam penyerbuan binatang ini, pagi harinya kita akan menemukan sayap-sayap laron berhamburan di teras rumah kita. Wujudnya yang teramat ringan, membuat kita kesulitan untuk menyapunya.

Sekilas melihat sayap laron yang berguguran mungkin kita akan merasa iba, betapa kasihannya laron-laron itu kehilangan sayap. Mereka tak mampu terbang lagi seperti halnya ketika mereka masih memiliki sayap yang melekat pada tubuh mereka. Pengetahuan kita yang terbatas tentang laron akan menghantarkan kita pada satu kesimpulan bahwa laron-laron itu menjadi binatang cacat karena telah kehilangan kedua sayapnya. Ia hanya mampu melata seperti halnya ulat. Sungguh mengenaskan kemampuan terbang yang semula dimiliki, yang dapat membawanya menari di udara kini telah hilang, dan terbang menari di udara hanya tinggal kenangan.

Tapi taukah sahabat? Bahwa Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru.

Seperti yang dijelaskan oleh Prof. DR Yohanes Surya dalam situsnya www.yohanessurya.com bahwa “Laron merupakan salah satu tahap perkembangan rayap, serangga yang hidup berkoloni seperti semut. Rayap memiliki tiga kasta (level perkembangan): kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta pekerja. Laron merupakan salah satu fase dewasa dari kasta reproduktif. Ia akan menjadi raja dan ratu pada koloni rayap.  Laron tumbuh dari telur. Sayap laron berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin, sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru. Jadi, Sdr. Harsoyo, laron tidak akan mati setelah sayapnya tanggal, kecuali ada predator yang memangsa atau membunuhnya.”

Mungkin ada sedikit hikmah yang bisa kita ambil dari proses kehidupan laron. Terkadang kita sebagai manusia, seringkali merasa kehilangan power  yang ada pada diri kita ketika Allah menguji kita dengan cara mengambil salah satu titipan yang ada pada diri kita, apakah harta, pangkat/jabatan, atau apapun yang pernah menjadi milik kita. Padahal tanpa kita sadari, seandainya kita sikapi peristiwa itu dengan sikap yang positif, kita bisa menjadi seperti laron. Biarkan orang lain merasa iba, bahkan menghinakan kondisi kita, tentang langkah hidup yang menjadi pilihan kita, mereka memandang hina seperti halnya melihat laron tak bersayap yang melata, tak lagi terbang kesana kemari dan hanya terlihat berjalan lambat, bahkan seperti berjalan melata hanya menggunakan perut, terlihat begitu rendah tak berarti, tapi cobalah kita sibukkan diri kita dengan segudang aktifitas bermanfaat yang kelak akan membuka mata orang-orang yang salah menafsirkan diri kita, Biarkan waktu yang menjawab, betapa penghinaan mereka saat ini akan berubah menjadi decak kagum mereka suatu saat nanti.  Seperti halnya laron, pupusnya sayap yang ia miliki justru membuat ia mampu membangun koloni baru. Artinya ia menjadi lebih kuat dengan bertambahnya anggota koloninya. Dan tak tanggung-tanggung sekaligus menjadi pemimpin bagi koloni baru tersebut.

Seperti halnya saya, yang tidak tau kalau ternyata laron yang kehilangan sayapnya bukan berarti ia kehilangan kekuatan, tapi justru itu pertanda bahwa ia sedang menjalani fase kehidupan selanjutnya untuk menjadi raja atau ratu pada koloni rayap. Subhanallah, dari laron tak bersayap yang menjijikan ternyata masih ada pelajaran yang dapat kita ambil hikmahnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mau berusaha memetik hikmah atas setiap kejadian yang ada di hadapan kita. Wallahu’alam Bisshowwab.