Suatu
pagi saya dikejutkan dengan sayap binatang laron yang gugur berhamburan. Tak
berani saya membayangkan tubuh laron yang terlepas dari sayapnya berjalan
melata bergerombol seperti ulat. Satu kata, jijik. Dan alhmadulillah saya tak
sempat melihat gerombolan ulat laron berjalan melata. Namun tak mau kehilangan
kesempatan untuk mengabadikannya, saya segera berlari mengambil kamera untuk
memotretnya, untuk kemudian saya jadikan inspirasi menulis malam ini. Dan
beginilah gambar yang tertangkap kamera pagi itu.
Laron,
mungkin sebagian besar orang sudah tak asing lagi dengan binatang satu ini. Mereka biasanya
muncul sesaat setelah hujan. Dengan kedatangan yang mengejutkan mereka
berkerumun pada satu titik yang memilki pencahayaan lebih terang dibandingkan
titik yang lainnya. Untuk menghindari serbuan binatang ini orang-orang biasa
mematikan lampu halaman rumahnya agar binatang ini segera berpindah ke tempat
lain yang lebih terang pencahayaannya. Namun jika tak sempat atau lupa
mematikan lampu saat malam penyerbuan binatang ini, pagi harinya kita akan
menemukan sayap-sayap laron berhamburan di teras rumah kita. Wujudnya yang
teramat ringan, membuat kita kesulitan untuk menyapunya.
Sekilas
melihat sayap laron yang berguguran mungkin kita akan merasa iba, betapa
kasihannya laron-laron itu kehilangan sayap. Mereka tak mampu terbang lagi
seperti halnya ketika mereka masih memiliki sayap yang melekat pada tubuh
mereka. Pengetahuan kita yang terbatas tentang laron akan menghantarkan kita
pada satu kesimpulan bahwa laron-laron itu menjadi binatang cacat karena telah
kehilangan kedua sayapnya. Ia hanya mampu melata seperti halnya ulat. Sungguh
mengenaskan kemampuan terbang yang semula dimiliki, yang dapat membawanya
menari di udara kini telah hilang, dan terbang menari di udara hanya tinggal
kenangan.
Tapi
taukah sahabat? Bahwa Sayap laron
berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin,
sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang
dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru.
Seperti yang dijelaskan oleh Prof. DR Yohanes
Surya dalam situsnya www.yohanessurya.com bahwa “Laron merupakan salah satu tahap
perkembangan rayap, serangga yang hidup berkoloni seperti semut. Rayap memiliki
tiga kasta (level perkembangan): kasta reproduktif, kasta prajurit, dan kasta
pekerja. Laron merupakan salah satu fase dewasa dari kasta reproduktif. Ia akan
menjadi raja dan ratu pada koloni rayap. Laron tumbuh dari telur. Sayap laron
berkembang agar laron bisa terbang mencari pasangan kawinnya. Setelah kawin,
sayap laron tanggal karena tidak diperlukan lagi. Mereka mulai membangun sarang
dan menetaskan telur-telur sehingga membentuk koloni baru. Jadi, Sdr. Harsoyo, laron tidak akan
mati setelah sayapnya tanggal, kecuali ada predator yang memangsa atau
membunuhnya.”
Mungkin ada sedikit hikmah yang bisa kita ambil
dari proses kehidupan laron. Terkadang kita sebagai manusia, seringkali merasa
kehilangan power yang ada pada diri kita
ketika Allah menguji kita dengan cara mengambil salah satu titipan yang ada
pada diri kita, apakah harta, pangkat/jabatan, atau apapun yang pernah menjadi
milik kita. Padahal tanpa kita sadari, seandainya kita sikapi peristiwa itu
dengan sikap yang positif, kita bisa menjadi seperti laron. Biarkan orang lain
merasa iba, bahkan menghinakan kondisi kita, tentang langkah hidup yang menjadi
pilihan kita, mereka memandang hina seperti halnya melihat laron tak bersayap
yang melata, tak lagi terbang kesana kemari dan hanya terlihat berjalan lambat,
bahkan seperti berjalan melata hanya menggunakan perut, terlihat begitu rendah
tak berarti, tapi cobalah kita sibukkan diri kita dengan segudang aktifitas
bermanfaat yang kelak akan membuka mata orang-orang yang salah menafsirkan diri
kita, Biarkan waktu yang menjawab, betapa penghinaan mereka saat ini akan
berubah menjadi decak kagum mereka suatu saat nanti. Seperti halnya laron, pupusnya sayap yang ia
miliki justru membuat ia mampu membangun koloni baru. Artinya ia menjadi lebih
kuat dengan bertambahnya anggota koloninya. Dan tak tanggung-tanggung sekaligus
menjadi pemimpin bagi koloni baru tersebut.
Seperti halnya saya, yang tidak tau kalau
ternyata laron yang kehilangan sayapnya bukan berarti ia kehilangan kekuatan,
tapi justru itu pertanda bahwa ia sedang menjalani fase kehidupan selanjutnya
untuk menjadi raja atau ratu pada koloni rayap. Subhanallah, dari laron tak
bersayap yang menjijikan ternyata masih ada pelajaran yang dapat kita ambil
hikmahnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang mau berusaha memetik hikmah
atas setiap kejadian yang ada di hadapan kita. Wallahu’alam Bisshowwab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar