KALA RINDU MENYAPA
Hidup ini bagaikan pelangi, penuh warna warni, ada saatnya suka ada saatnya duka. Namun jika
disikapi dengan tuntunanNya tak ada yang percuma atas semua kondisi hidup ini.
Bahagianya disikapi dengan rasa syukur, kedukaannya disikapi dengan sabar.
Teringat kata-kata bijak seorang sahabat saat berorganisasi di kampus dulu,
sahabat yang pada akhirnya harus drop out. Walaupun harus drop out namun
keberadaannya tetap terasa dalam hati kami, karena ikatan yang kami sebut
ukhuwah. Pada satu waktu ia pernah berkata dalam pesan singkat “Sahabat, jika
kau lelah basuhlah peluhmu dengan sabar, ceritakan dukamu pada ketabahan, usaplah
air matamu dengan harapan, tersenyumlah untuk sekitarmu, luka itu tanda Allah
cinta kepadaMu” . Entah kutipan atau kalimat yang ia rangkai sendiri, namun
kalimat itu begitu lekat dalam ingatan. Entah karena momen yang tepat saat ia
mengirimkan pesan ini, atau karena muatan ruh yang kuat saat ia mengucapkan
kata-kata itu. Saat ini saya hanya bias mendoakan semoga ia senantiasa dalam
lindunganNya. Pesan singkat itu hingga kini seolah menjadi penyemangat tatkala
menghadapi permasalahan hidup yang dirasa berat. Sabar, tabah, dan tersenyum
ikhlas tiga amonisi dikala sedih. Ada lagi pesan singkat yang juga tak bias saya
lupakan entah karena indahnya rima pada kalimat itu atau maknanya yang sangat
lazim dialami kebanyakan orang, “sahabat, bersabarlah hingga kesabaran itu
gagal mengejar kesabarannya” kalimat ini begitu singkat, namun pengulangan kata
sabar dalam kalimat ini hingga tiga kali, betapa semakin bertambahnya usia,
semakin diri ini mengerti bahwa sabar adalah amonisi yang sangat penting dalam
menghadapi berbagai ranjau kehidupan.Misalnya Sabar ketika buah hati sedang aktif luar
biasa, bergerak kesana kemari, menyulap rumah menjadi taman bermain dengan
mainan yang berserakan, dinding yang berubah menjadi lukisan abstrak, belum
lagi handphone yang tiba-tiba nyemplung ke dalam gelas minum dan langsung “blep”
mati tak “bernyawa”. Dan bonus extra ujian kesabaran ketika malam tidak mau
tidur walaupun jam sudah menunjukkan pukul 23.00. Dan bonus ujian kesabaran plus
plus lagi ketika ia sudah bangun kembali padahal adzan subuh belum lagi
berkumandang. Ya…ya…ya…sekecil apapun contoh ragam cerita hidup kita, pasti
membutuhkan amonisi yang bernama “sabar” Terima kasih sahabat, jauh sebelum
ragam intrik hidup itu menyapa diri ini, engkau telah mengingatkan betapa sabar
adalah amonisi yang sangat penting. Ada lagi tulisan yang aku temukan dulu,
terdapat pada bagian header footer
sebuah lembaran kertas yang tak sengaja kutemukan pada sebuah tumpukan kertas
rumah kost yang kutempati dulu, disana tertulis “jangan tanyakan mengapa saudaramu
jatuh ke dalam jurang, tapi tanyakan dimana dirimu saat ia berada di tepi
jurang” hingga saat ini setiap kali mendengar kisah keterpurukan hidup
seseorang yang dikenal, kadang terbetik mengapa diri ini tak pernah mendengar
kesulitan-kesulitan yang dihadapi orang tersebut sebelum pada akhirnya ia jatuh
terpuruk, yang terdengar seringkali hanya saat mereka gagal dan terpuruk saja. Ya…ya..ya…
kalimat ini seringkali menjadi penyemangat untuk berbenah diri, agar dapat lebih
peduli, dan berempati terhadap segala macam peristiwa yang ada dihadapan.
Meskipun sering pula gagal merealisasikannya. “ingin hati memeluk gunung apa
daya tangan tak sampai” .Mungkin beban hidup kini memang sudah lebih banyak
dibandingkan masa lajang dulu. Dimana
diri ini bias mengeksplorasi banyak hal dengan ketersediaan waktu, fikiran,
tenaga dan materi yang cukup. Kadang sekadar membalas sms pun mesti ditunda
karena si buah hati yang tak bias dibiarkan lepas dari pandangan mata, sedikit
saja lalai, pasti ada barang yang jatuh, pecah atau malah ia sendiri yang
kadang teruka. Karena sering menunda, sering pula yang akhirnya lupa tak
dibalas sms yang masuk, malah ada sms masuk sdh tak sempat lagi membacanya. Kala
rindu masa kuliah dulu, sejenak kupejamkan mata, menerbangkan angan pada masa
lalu, kuputar mesin waktu tuk membawaku kembali ke masa lalu, kutekan tombol
power dan “jrep” akupun melompat tinggi ke masa lalu,########******* memulai
hari dengan sholat berjama’ah, tilawah bersama, saling bersalaman dan peluk
hangat dengan bisikan kata”afwan ya..”…indaaah sekali..kemudian dilanjutkan
dengan memenuhi undangan syuro kecil di sebuah musholla yang kami sebut Ar
Rosul, jalan menuju kesana kutempuh dengan jalan setapak disamping jurang penuh
pohon bambu, sunyi sepi kala pagi, hanya terdengan bunyi angin yang membuat
pohon bamboo sambil bergesekan dan meliuk-liuk seolah mengucap salam dengan
ramah “Assalamu’alaikum….”,syuro di awali pembacaan kalam ilahi untuk
menjernihkan hati dengan harapan hasil syuro yang didapat akan menjadi
keputusan yang tak lepas dari tuntunanNya. Dan menjadi bagian dari jalan keberhasilan dakwah.Selepas syuro dilanjutkan
kegiatan perkuliahan, yang sesekali kadang harus ditinggalkan ketika ada seruan
aksi solidaritas atau aksi penolakan kebijakan pemerintah. Terkadang hampir tak
dapat membedakan tujuan perantauan ke Bandung, mau kuliah atau “berorganisasi”.
Dilain waktu, hari itu diawali dengan sebuah kajian kecil, berbagi ilmu dengan
adik-adik di kampus, atau ada waktunya pula mencharge kembali ruhiyah yang
mulai kosong dengan seorang teteh yang sangat berjasa telah mengenalkan pada
ikatan hati yang disatukan karena kecintaan kepada Allah, Sering pula sms
darinya diakhiri dengan I lov u coz Allah. Saat itu tak begitu paham maksudnya,
namun kini, ketika sudah “turun gunung” berhadapan dengan dunia yang
sebenarnya, barulah tersadar, I lov u coz Allah sungguh harta yang sangat
bernilai, dimana saat ini ikatan yang ada sering kali memandang status social,
dan nilai – nilai kebendaan yang sesungguhnya sangat tak bernilai di hadapan
Allah. Di tengah kehidupan masyarakat penganut aliran “pragmatisme dan
materislisme”, sungguh keberadaan “I love u coz Allah” menjadi “barang” yang
sangat langka. #######******** …..”JREP!” tiba-tiba mataku terjaga, dan
tersadar oleh sebuah tangisan bayi lucu, yang mengoyak-ngoyak minta susu. Ah,
rupanya aku sedang rindu, rindu itu telah menerbangkan anganku pada masa lalu,
masa yang indah yang tak dapat ku ulang kecuali dalam angan dan lamunan. Aku
hanya dapat menghibur diri, segala sesuatu ada masanya, dan kini masanya sudah
berbeda, dakwahnya seorang mahasiswa mungkin memang seperti itu, sekarang,
ketika perannya sudah berbeda, bumi yang dipijak sudah berbeda,maka jalan yang
akan dilaluinya pun berbeda, cara dakwahnya pun berbeda, kadang rindu dengan amanah-amanah
yang pernah diberikan dulu, tapi Allah lebih tahu kekuatan hambaNya untuk
mengemban suatu amanah. aku hanya dapat berdoa, semoga Allah senantiasa
melindungiku dan semua saudara-saudaraku dimanapun dan apapun perannya saat ini……
#Catatan saat ukhuwah bicara rindu : 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar